Tradisi Adat Masyarakat Aceh

Tradisi Adat Masyarakat Aceh – Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sebuah provinsi yang terletak di ujung Pulau Sumatra. Di provinsi ini, terdapat 13 suku dan 11 bahasa daerah. Mayoritas penduduk disana beragama Islam dan tidak heran jika provinsi tersebut di juluki Serambi Mekkah. Dilansir dari laman Login Club388 Indonesia

Budaya atau tradisi adat disana pastinya tidak lepas dari budaya budaya Islam. Berikut enam tradisi adat masyarakat Aceh yang bernuansa Islam. Aceh memang sangat terkenal dengan ketaatan nya dalam melakukan tradisi dan juga budaya. Mereka juga selalu melestarikan dan juga mengajarkan ke anak anak masa kini untuk lebih melestarikan tradisinya.

Berikut salah satu dari beberapa tradisi asal kota Aceh sebagai berikut :

Peutron Aneuk

Peutron Aneuk merupakan sebuah tradisi masyarakat Aceh untuk menyambut kelahiran bayi. Tradisi ini biasanya di gelar setelah anak pada umur 44 hari, 3 bulan, 5 bulan, hingga 7 bulan

Masyarakat setempat meyakini bayi yang belum melakukan tradisi tersebut lebih baik tidak keluar rumah terlebih dahulu.

Tradisi ini akan di pimpin oleh pemuka agama yang di sampingnya terdapat air zamzam, sari kurma, ayam panggang, dan buah-buahan Login Club388 Indonesia

Setelah di bacakan doa-doa, bayi tersebut akan di cicipi berbagai macam rasa ke lidahnya dengan tujuan indera perasanya lebih sensitif.

Jak ba Tanda

Merupakan kelanjutan dari proses lamaran yang biasa di kenal dengan istilah Ba Ranup. Jika lamaran di terima, keluarga pihak pria akan melakukan peukong haba atau pembicaraan mengenai meugatib atau kapan pernikahan akan di langsungkan, berapa jumlah tamu yang akan di undang, hingga jenis dan jumlah mahar.

Pada tradisi ini, keluarga sang pria akan mengantarkan makanan khas Aceh seperti buleukat kuneeng, buah-buahan, hingga perhiasan. Tradisi ini sendiri di yakini telah di pengaruhi oleh adat istiadat yang berasal dari Arab dan India.
Tradisi Adat Masyarakat Aceh Login Club388 Indonesia

Tulak Bala

Merupakan tradisi masyarakat Aceh yang di adakan setahun sekali, tepatnya pada bulan Safar. Munurut cerita masyarakat, sebagian penduduk meyakini bahwa bulan Safar identik dengan cuaca pancaroba atau tak menentu serta mempunyai aura yang kurang baik.

Tradisi ini di tandai dengan warga yang berduyun-duyun menuju ke pantai, sungai, atau tempat lainnya, untuk sekadar menggelar doa dan makan bersama.

Inti dari tradisi ini ialah doa bersama yang di pimpin oleh seorang teungku. Di beberapa daerah juga ada juga kegiatan mandi kembang bersama dengan tujuan membuang seluruh aura negatif.

Peusijuek

Peusijuek biasanya di lakukan dalam serangkaian tradisi adat lainnya seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain.

Secara harfiah, kata “Peusijuek” di ambil dari kata sijue yang berarti “dingin”. Tradisi ini di harapkan dapat memberikan keselamatan, ketenangan, dan keberkatan Login Club388 Indonesia

About the Author

You may also like these